29
May
7
May
Di bawah ini foto kegiatan memancing ikan untuk selanjutnya di olah menjadi kere ikan
Di bawah ini foto pengolahan ikan untuk dijadikan kere ikan. Molai dari ikan di belah seperti berbentuk gepeng sampai proses penjemuran.
2
May
Kegiatan rumah pintar al-barokah semakin maju saja, sebab pada tanggal 2 MEI 2014 kelompok paduan suara rumah pintar al-barokah diundang untuk mengisi acara di kampus UPI Sumedang di sana mereka di suruh menyanyikan dua buah lagu, yang pertama lagu "Rinduku Padamu" dan yang ke dua "Terima Kasih Guru".Mereka tampil dengan sangat baik dan percaya diri yang tinggi sehingga semua penonton yang melihat sangat terkesan selain itu suara mereka sangat bagus.Sehingga para mahasiswa UPI Sumedang memberikan apresiasi berupa kenang-kenangan yang sangat berarti bagi Rumah Pintar Al-Barokah.Inilah dokumentasi selama kegiatan berlangsung.
1
May
Sekelumit Catatan tentang Mimpi Wa Een Sukaesih tentang Rumah Pintar : Isin neng…., memang siapa uwa ini ?
Kata-kata itu seringkali diucapkan saat saya duduk di hadapan bu Een Sukaesih (wa Een sang Guru
Qolbu). Makin sering saya berada di samping wa Een, berjam-jam diskusi mulai
dari masalah ringan keseharian, perjalanan hidup, tentang pendidikan, rencana
program dan pembangunan rumah pintar Al Barokah, makin dalam pula makna yang
tersirat dari tutur kata dan kejernihan pikiran dan hati wa Een. Ya, semakin dekat mengenal beliau, ada
kekuatan bathin yang luar biasa sehingga setiap kali saya memasuki kamar ukuran
3,5 m X 3,5 m itu, terasa ada energy positif yang dipancarkan dari wajah wa Een
yang selalu putih bercahaya, serta senyum dan sapa ramah pada siapa saja yang
datang menemui beliau di kamarnya. Tidak pernah mengenal lelah !....., mimpi
beliau tentang Rumah Pintar jadi topik yang selalu menjadi fokus bahasan wa
Een, saat saya ada di samping beliau maupun lewat pembicaraan di telp. Sungguh,
wa….makin tumbuh kekuatan kami untuk tetap berada mendampingimu.
Tahun yang lalu,
sekitar bulan Agustus 2013 saya dihubungi pa Elih Sudiapermana (Kadisdik Kota
Bandung saat ini), sebagai seorang senior beliau selalu mengajak saya untuk
berpikir dan mengerjakan hal-hal real
khususnya yang terkait dengan pendidikan. Pada saat itu program Rumah Pintar teman-teman
PLS (Pendidikan Luar Sekolah) Universitas Pendidikan Indonesia yang didanai
SIKIB melalui Dikmas Kemendikbud dilaksanakan di tempat pembelajaran wa Een di
Dusun Batu Karut Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang.
Pembicaraan terkait dengan rencana membantu mewujudkan mimpi wa Een yang ingin
memiliki sarana belajar (sekolah) yang dapat memfasilitasi pembelajaran bagi
anak-anak didiknya. Ide yang tercetus adalah pembangunan Rumah Pintar, karena
akan sulit apabila diwujudkan dalam bentuk sekolah formal. Saya diminta untuk
melihat lokasi dan membuat rancangan bangunan tersebut dengan konsep Rumah Pintar
untuk memfasilitasi masyarakat belajar (learning society) dan belajar sepanjang
hayat (lifelong learning). Sesuai
petunjuk teknis Rumah Pintar yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal, Rumah Pintar ini akan
memfasilitasi 5 sentra kegiatan yaitu :
Sentra Buku, Sentra Bermain, Sentra Panggung, Sentra Komputer dan Sentra Kriya.
Tentu saja permintaan itu tidak akan
pernah saya tolak, karena selain secara teknis rancangan itu bukanlah hal yang
terlalu sulit, tapi yang paling penting adalah visi yang terkandung di
dalamnya, konsep yang ingin dikembangkan serta berbagai pemikiran-pemikiran pa
Elih tentang pendidikan selalu menantang untuk direalisasikan. Di sisi lain,
ini juga sebagai bagian dari program Prodi Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK
UPI yang mengembangkan edukasi dan pendampingan masyarakat di bidang arsitektur.
Dan tentunya sosok wa Een sendiri yang semangat pengabdiannya harus didukung
berbagai pihak khususnya kalangan pendidikan dan harus menjadi gerakan
penyadaran tentang makna dan hakekat berpendidikan itu.
Pemberdayaan
Masyarakat
Satu minggu kami
selesaikan rancangan dan RABnya, setelah sebelumnya survey lokasi dan melakukan
analisis tapak.Lokasi yang sangat inspiratif, bangunan kami rancang di atas
kolam ikan dengan view yang lepas ke area pesawahan. Proses pembangunan dimulai
pada bulan nopember dengan dana awal 56 juta rupiah, kami kembangkan konsep
pemberdayaan dengan mengkoordinasikan pontensi lokal baik sumber daya manusia
maupun sumber daya material. Skema ini berjalan, karena tim pembangunan dari
unsur masyarakat mampu menghimpun sumbangan seperti material pasir dari para
pengusaha pasir di Cimalaka, kayu yang dimiliki masyarakat serta sumbangan
lainnya dalam berbagai bentuk. Hingga bulan Desember pembangunan tahap awal
untuk menyelesaikan pondasi dan plat lantai 1 dapat kami rampungkan. Kekuatan
masyarakat jadi langkah awal kami menentukan rencana selanjutnya.
Bulan Desember 2013,
suara di ujung telp khas suara jernih wa Een…dengan nada riang : “neng…kamari pa Gubernur sumping teras
ninggal lokasi pembangunan Rumpin, anjeuna janji bakal ngabantos ti dana umat,
saurna engke aya tim teknis anu bade menindaklanjuti” (neng, kemarin pa
Gubernur datang dan meninjau lokasi pembangunan Rumpin, beliau berjanji akan
membantu dari dana umat, dan akan mengirim tim teknis untuk menindaklanjuti).
Alhamdulillah, kami sama-sama mengucapkan rasa syukur, seperti halnya wa Een,
saya pun teramat senang. Kami siapkan proposal teknis dan tetap merencanakan
skema pembangunan bertahap, karena setelah selesai pekerjaan pondasi dan plat
lantai 1, terus terang kami belum memiliki dana untuk pembangunan selanjutnya.
Proposal teknis kami siapkan untuk dimasukkan ke berbagai pihak dan tentu
utamanya ke Bapak Gubernur. Namun, tentu dengan segala kesibukan beliau, proses
tersebut belum menemukan titiknya sampai akhir pebruari dan pembangunan
sementara berhenti.
Minggu tanggal 2 Maret
2014, kembali suara di ujung telp wa Een yang mengabarkan senin tanggal 3 Maret
2014 Bapak Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Ibu Ani akan berkunjung ke
rumah wa Een di sela-sela tugas kenegaraan di Sumedang. Harapan baru di hati Wa
Een dan tentunya kami tim pendamping dari UPI akan program dan perampungan
fisik bangunan Rumpin akan segera terwujud dengan dikomunikasikan dan ditinjau
langsung Bapak Presiden. Saya diminta untuk mendampingi wa Een dan menjelaskan
konsep, rencana dan kebutuhan dana rumpin di hadapan pa SBY. Di kamar 3,5 m X
3,5 m itu suasana hangat dan penuh haru tercipta manakala Bapak dan Ibu Ani
Yudoyono, para menteri dan gubernur sama-sama duduk bersimpuh mendengarkan
ungkapan keinginan Wa Een tentang pembangunan rumah pintar dan diperkuat dengan
presentasi gambar dan RAB yang saya sampaikan. Sampai akhirnya keluar steatment
pa SBY yang kami tunggu-tunggu dengan gaya khas beliau “tenang bu Een, jangan
khawatir, saya akan membantu merampungkan bangunan rumah pintar ini dalam waktu
dekat, di sini hadir para menteri yang akan membantu”. Kembali harapan dan rasa
syukur yang tak terkira, kelelahan mempersiapkan kedatangan Bapak Preseiden dan
rombongan seperti terbayarkan.
Pasca kedatangan RI 1
dan rombongan di kediaman wa Een, kami tim dari UPI diminta untuk melakukan
proses dan prosedur yang harus ditempuh. Intinya, menindaklanjuti pertemuan di
ruang pembelajaran wa Een, implementasinya ditangani oleh Kemendikud langsung.Skema
bantuan didelegasikan ke Dirjen Dikti, Dikmas dan PAUDNI.Dari semua pembicaraan
itu, kesimpulannya Kemendikbud begitu serius menanggapi itu dan akan
mengalokasikan beberapa program untuk mendukung kegiatan di rumah pintar. Dan
inilah yang harus kami laporkan ke Wa Een saat itu serta menjelaskan pada
masyarakat yang telah mempersepsikan akan ada dana segar (cash) untuk
pembangunan fisik rumpin. Sebagian besar skema itu adalah bantuan program yang
kadang tidak dipahami oleh sebagian masyarakat. Ini bagian dari pendidikan kita
pada masyarakat wa, bahwa tidak semudah dan sesederhana itu apabila menyangkut
dana Negara. Sampai sati ini, kita belum mendapat bantuan dana untuk
pembangunan fisik itu, bagaimanapun hal ini membebani pikiran wa Een, tapi
harus kita terima dan jelaskan pada masyarakat.
“kanggo urang mah sesah nya neng,…hoyong ngabangun rumpin nu peryogi
dana 700 juta oge……(buat kita mah susah ya neng, ingin membangun rumpin
yangmembutuhan dana 700 juta juga). Kata-kata yang beberapa kali muncul saat
diskusi ringan dan selalu kami tertawa bersama manakala kami dengan iseng
membandingkan bahwa harga itu jauh di bawah harga satu unit mobil mewah sitaan dari
para koruptor yang sekarang berjejer memenuhi parkir Gedung KPK.Itulah negeri
ini wa…., banyak hal yang ironis. Tapi dengan pendidikan qolbumu, wa Een
mengajarkan saya untuk tidak lagi berteriak seperti masa-masa saya mahasiswa,
atau tidak harus mengeluarkan kata-kata “pedas” seperti saat saya berkumpul
dengan sahabat-sahabat LSM saya. “isin
neng…memang saha uwa teh…?,…..” selalu diungkapkan wa Een apabila membahas tentang
kedatangan dan janji beliau-beliau. Kita tahu wa, baik gubernur, presiden dan
ibu Negara serta para pejabat yang menjenguk uwa, datang dengan hati dan
ketulusan cinta kasih terhadap uwa, bukan atas dasar kepentingan politik atau
pencitraan. Sehingga kita yakin bahwa
janji mereka juga bukan janji politik tapi janji seorang muslim terhadap muslim
lainnya yang sudah 26 tahun lebih terbaring namun tetap mengabdikan dirinya
pada pendidikan, memikirkan banyak hal yang bermanfaat untuk orang lain dan
masa depan anak-anak didiknya.
Ya wa,….engkau tidak
pernah meminta pada siapapun…hanya uwa talah dijanjikan. Dan seperti semangat
pantang menyerahmu, “tidak boleh menuntut neng….tapi kita juga tidak boleh diam
untuk berusaha”, sehingga berbagai rencana dan skema kita susun lagi sambil
menunggu Bapak-Bapak pimpinan kita yang sekarang semuanya sedang luar biasa
sibuk.Beliau-beliau tidak akanmelupakan janji wa, beliau-beliau adalah muslim
yang kaffah, pada waktunya akan datang membantu merampungkan pembangunan Rumah
Pintar Al Barokah yang jadi impian uwa dan kita bersama. Hanya saja ini tahun
politik wa, …semua tokoh politik di negeri ini sedang sibuk “memikirkan kita
dan nasib bangsa ini 5 tahun ke depan ?”. Kita sangat mengerti itu, maka usaha
kita untuk menggalang dana tetap harus dilakukan, “tolong tawarkan buku
biografi uwa ke teman-teman di UPI neng, keuntungannya bisa buat nambah ke dana
rumpin”. Dan hari sabtu, 5 April kemarin pa Gatot dari Seamolek berdiskusi
dengan kita, membuatkan web Rumpin Al Barokah…., kami tim UPI diminta pa Gatot
menyiapkan content webnya, salah satunya tampilan animasi rancangan rumpin. Dan
melalui web itu kita bisa galang dana dari berbagai unsur, InsyaAllah. Kita
harus tetap optimis, bukankah ribuan masjid yang berdiri di pelosok negeri ini
sebagian besarnya dibangun dengan dana dan kekuatan masyarakat ?....., atau
saat spontanitas semua kalangan yang menghimpun dana untuk menebus TKW yang
terancam hukuman pancung ? atau kencleng untuk berbagai kebutuhan sosial
dan tragedi anak negeri ini…selalu berhasil dari kekuatan masyarakat. Subhanallah
!
Satu yang selalu wa Een
mintakan, permintaan pada Sang Pemilik Hidup “neng, kumaha-kumaha oge uwa mah tetep munajat ka Allah, uwa teh hoyong
damang, hoyong sehat deui, tiasa aktivitas sapertos anu sanesna….” (neng,
bagaimanapun uwa tetap berdoa pada Allah, uwa ingin sembuh, ingin sehat kembali
dan bisa beraktivitas seperti yang lainnya). Kun fayakun wa, apapun kuasa Allah
akan terjadi. Namun, pernahkan uwa menyadari ?....bahwa kesehatan hati dan
pikiranmu jauh melampaui kesehatan fisikmu, yang untuk mengambil sampel
darahpun, dokter sering mengalami kesulitan, tapi ketulusanmu selalu
mengalirkan darah segar pada generasi penerusmu. Bahkan kecerdasan hatimu
melebihi kami, orang-orang di negeri ini yang fisiknya sehat wal afiat,
berlimpah kekayaan tapi konon katanya banyak hati dan kecerdasannya yang
“sakit” ?.Wallahualam.
Penulis : Lilis
Widaningsih, Tim perancang dan pendamping pembangunan Rumah Pintar Al Barokah
(Een Sukaesih), Kaprodi Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI.
1
May
Dibawah ini adalah video tentang pembelajaran sentra panggung yang ada di rumah pintar ibu Een.sentra ini melakukan pelatihan dari hari selasa hingga hari kamis.Sentra panggung ini mengajarkan beberapa ilmu kesenian yaitu : tari dan menyanyi.
Subscribe to:
Posts (Atom)